Jumat, 04 Oktober 2013

HIKMAH SALAT

HIKMAH SALAT
                Salat itu tiang agama. Oleh karenanya, salat dapat mencegah prilaku keji dan mungkar, juga menjauhkan nafsu yang berkarakter condong pada kejelekan.
            Salat memiliki hikmah yang begitu besar. Ia berfungsi sebagai tonggak-tegaknya bangunan hidup serta bangunan megah yang memiliki sejuta ruang yang dibutuhkan bagi kehidupan dengan segala sendi-sendinya.ibadah salat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam adalah bangunan indah yang memiliki sejuta ruang yang menampung semua inspirasi dan aspirasi serta ekspresi positif seseorang untuk berprilaku baik. Karena perkataan dan perbuatan yang terangkum dalam ibadah salat banyak mengandung hikmah, yang diantaranya:
Ø  Hikmah salat dimulai dengan takbir
Menurut Al-Qadhi ‘iyadh, hikmah takbir adalah orang yang salat dikondisikan untuk menghadirkan sifat keagungan Zat-Nya dan dipersiapkan untuk patuh dan berdiri dihadapan-Nya agar ia penuh rasa takut sehingga hatinya hadir, benar-benar khusyuk, serta tidak ada kesempatan baginya untuk bersenda gurau.
Ø  Hikmah mengangkat kedua tangan
Menurut Imam Asy-Syafi’I, hikmahnya adalah untuk mengagungkan Allah SWT dan mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW. Ada ulama lain yang berpendapat, mengangkat dua tangan itu karena tunduk, merendah diri, pasrah, dan patuh.
            Ada yang mengatakan, hikmah mengangkat kedua tangan itu isyarat untuk mengagungkan salat itu sendiri. Ada juga yang berpendapat, itu sebagai isyarat untuk mencampakan semua urusan dunia dan konsentrasi menghadap salat secara total serta bermunajat kepada Allah SWT.
Ø  Hikmah meletakan kedua tangan di bawah dada dan di atas pusar
Hikmahnya adalah agar kedua tangan itu berada di atas anggota badan yang paling mulia, yaitu hati. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga iman di dalamnya, karena orang yang ingin memelihara sesuatu, maka kedua tanganya harus diletakan di atas sesuatu tersebut.
Ø  Hikmah meletakan salah satu tangan di atas yang lain
Hikmaahnya adalah untuk mendorong pada kekhusyukan dan mencegah dua tangan dari main-main atau senda gurau. Hikmah yang lain adalah untuk mendiamkan tangan. Ada juga yang mengatakan hal itu untuk menjaga iman dalam hati. Ini seprti halnya seseorang yang ingin menjagasesuatu yang indah dan berharga, yang selalu meletakan tangan pada sesuatu yang berharga tersebut. Tujuanya adalah memuliakan tangan kanan.

Ø  Hikmah berpegangan dengan kedua tangan ketika berdiri
Hikmahnya adalah mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW, seperti terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari.selain itu, hikmahnya adalah agar orang yang salat lebih terdorong untuk khusyuk dan rendah hati serta lebih memudahkan untuk bergerak.
Ø  Hikmah membaca surah Al-Fatihah
Saat membaca hamdalah, orang yang salat berarti sedang memuji Allah SWT yang telah memberi taufik untuk mengerjakan kewajiban salat. Allah SWT adalah Tuhan sekalian makhluk di alam maujud ini dan Tuhan pemberi rahmat, baik nikmat yang tak tampak oleh mata maupun nikmat yang nyata dalam pandangan mata.
Pada kenyataanya, Allah SWT adalah Tuhan penguasa dunia dan akhirat, Tuhan yang merajai Hari pembalasan. Hari itu seorang bapak tidak dapatmenolong anaknya dan seorang anak tak dapat pula menolong bapaknya sedikit pun. Oleh karenanya, kami tidak dapat menyembah kecuali kepada-Nya dan kami tidak akan menyekutukan-Nya dengan apa pun  juga. Kami mohon pertolongan kepada-Nya dalam segala urusan karena kekuatan dan kekuasaan hanya di tangan Allah. Kami pun memohon kepada Allah SWT agar diberi petunjuk pada jalan yang lurus yang tiada bengkok, karena jalan yang lurus itulah yang diberikan kepada orang-orang yang tidak dimurkai dan bukan pula golongan orang-orang yang sesat. Dan kami juga memohon kepada Allah SWT agar dikabulkan doa kami.
Ø  Hikmah rukuk
Hikmah rukuk adalah agar orang yang salat termasuk dalam kelompok orang yang diseur dalam firman Allah, “rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (Q.S. Al-Hajj : 77) maksud dari firman Allah SWT itu adalah “salatlah kalian beserta orang-orang yang salat, yaitu Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Allah SWT mempertegas dengan sebutan rukuk karena untuk mendorong orang-orang yahudi agar melaksanakan salat seperti salat yang dilakukan orang-orang islam, karena salat orang yahudi itu tidak ada rukuknya. Jadi, seakan-akan Allah SWT berfirman, “ salatlah kalian dengan salat yang mempunyai rukuk beserta jamaah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.”
Ø  Hikmah iktidal berdiri
Hikmah iktidal dalam keadaan berdiri adalah sebagai suatu penggambaran diri seseorang di sisi Allah Azza wa jalla untuk memperingatkan hati agar tetap bersikap rendah diri, merasa hina, menjauhi sifat gila jabatan dan perilaku sombong, serta mengingatkan betapa bahayanya berdiri di sisi Allah. Sangat pantas bila kita berdiri saat iktidal itu seperti kita berdiri di hadapan seorang kepala Negara, apalagi saat beriktidal itu kita sebetulnya sedang berdiri di hadapan Raja Diraja.
Ø  Hikmah sujud
Hikmah sujud yang diulang dua kali adalah untuk menghina setan yang tidak mau sujud kepada Nabi Adam a.s. sujud juga dapat memudahkan diterimanya doa. Meletakan wajah di atas bumi itu terdapat hikmah yang teramat dalam, karena merasa hina kepada Allah merupakan suatu kemuliaan dan sikap rendah diri kepada Allah SWT adalah suatu kebanggaan.
Ø  Hikmah mengucapkan salam
Menurut Al-Qaffal, saat bertakbiratulikhram orang yang salat berpaling dari manusia dan hanya menghadap kepada Allah SWT, sedangkan pada waktu salami a menghadap manusia kembali.
Ø  Hikmah bilangan salat lima waktu
Hikmahnya adalah mensyukuri nikmatnikmat yang ada pada panca indera dan menutupi kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukanya. Panca indra tersebut adalah panca peraba, pencium, pendengar, penglihat, dan perasa. Penjelasanya adalah sebagai berikut:
1.      Salat subuh terdiri dari dua rakaat, karena indra peraba itu dapat merasakan dua perkara, yaitu perkara halus dan perkara kasar. Jadi, dua rakaat itu untuk mensyukuri dua perkara tersebut dan menutupi kesalahan yang sudah diperbuatnya.
2.      Salat dzuhur terdiri dari empat rakaat, karena indra pencium bisa memperoleh perkara yang dicium itu dari empat arah (depan, belakang, kanan, dan kiri). Bilangan empat rakaat untuk mensyukuri hal tersebut dan sekaligus menghapus dosa-dosa yang telah dilakukanya.
3.      Salat ashar terdiri dari empat rakaat, karena indra pendengar dapat mendengarkan suara dari empat arah juga. Empat rakaat itu untuk mensyukuri nikmat pendengaran tersebut dan juga menghapus semua kesalahan yang diperbuat.
4.      Salat maghrib terdiri dari tiga rakaat, Karen perkara yang dapat dilihat itu hanya dapat dilihat dari tiga arah saja, yaitu arah depan, kanan dan kiri. Arah belakang tidak dapat dilihat secara normal. Tiga rakaat salat maghrib untuk mensyukuri nikmat tersebut dan menutupi dosa-dosa yang telah diperbuat

5.      Salat isya terdiri dari empat rakaat,karena indra perasa dapat menikmati empat perkara, yaitu rasa dingin, panas, pahit, manis. Jadi, empat rakaat salat isya itu dipergunakan untuk mensyukuri indra perasa tersebut dan untuk menghapus kesalahan-kesalahan yang telah dilakukanya.

Kamis, 03 Oktober 2013

nuzulul qur'an

A.    Definisi Al-Qur’an
Secara etimologis, Al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Kata Al-Qur’an merupakan bentuk masdar dari kata kerja qara’a.
Adapun menurut istilah Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril disampaikan secara mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya, dan ditulis dalam mushaf.[1]
B.     Pengertian Nuzulul Qur’an
Dipandang dari segi bahasa “Nuzul” (نزول),berasal dari نزول ينز ل   نزل  artinya turun. Sedangkan Nuzul Al-Qur’an kepada Rasulullah adalah penerimaan Al-Qur’an oleh Rasulullah.[2]
 Diungkapkan turunnya Al-Qur’an kepada beliau itu memberikan pengertian turun dari atas ke bawah. Demikian itu karena ketinggian kedudukan Al-Qur’an dan besarnya ajaran-ajarannya yang dapat mengubah perjalanan hidup manusia mendatang serta menyambung langit dan bumi serta dunia dengan akhirat.

C.    Nama-Nama Al-Qur’an
Diantara nama-nama lain dari al-Qur’an antara lain:
1.      Al-Kitab, misalnya QS. Al-Baqarah: 2
y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ  
“Inilah al-Kitab (al-Qur’an) yang tida ada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
2.      Al-Furqan, artinya pembedaannya yang hak dan yang batil, misalnya QS. Al-Furqan: 1
x8u$t6s? Ï%©!$# tA¨tR tb$s%öàÿø9$# 4n?tã ¾ÍnÏö6tã tbqä3uÏ9 šúüÏJn=»yèù=Ï9 #·ƒÉtR ÇÊÈ  
“Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan pada seluruh alam”
3.      Al-Dzikir, artinya peringatan yakni peringatan bagi manusia yang lupa, misalnya QS. Al-hijr: 9
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
“Sesugguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”
4.      Tanzil, berarti yang diturunkan, misalnya QS. Al-Syu’ara: 192-193
¼çm¯RÎ)ur ã@ƒÍ\tGs9 Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÒËÈ   tAttR ÏmÎ/ ßyr9$# ßûüÏBF{$# ÇÊÒÌÈ  
“Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh al-Ruh al-Amin (Jibril)”[3]

D.    Tahapan Turunnya Al-Qur’an
 Al-Qur’an diturunkan dalam 2 tahap:
1)      Dari Lauhil Mahfudz ke sama’ dunia secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar.
2)      Dari sama’ dunia kebumi secara bertahap dalam masa 23 tahun.

1.      Penurunan Pertama
Al-Qur’an diturunkan pada suatu malam mubarakah atau LaiLatul Qadar, yaitu salah satu malam pada bulan Ramadhan. Pada malam itu Al-Qur’an diturunkan pada tahap pertama, yaitu diturunkan ke Baitul Izzah di langit pertama. Yang dimaksud dengan bertahap adalah diturunkan sedikit demi sedikit dan terpisah-pisah.
2.      Penurunan Kedua
Penurunan tahap yang kedua adalah dari langit pertama kedalam lubuk hati Nabi SAW. dengan cara berangsur-angsur,yaitu selama 23 tahun sejak kebangkitannya sebagai Rasul sampai beliau wafat.

E.     Permulaan Turunnya Al-Qur’an
 Permulaan turunnya Al-Qur’an adalah tanggal 17 Ramadhan tahun ke 40 kelahiran Nabi SAW. ketika beliau sedang bertahannus di Gua Hira. Pada saat itu turunlah wahyu dengan perantara Jibril Al-Amin dengan membawa beberapa ayat al-Qur’an. Ia (Jibril) menekap Nabi ke dadanya lalu melepaskannya dan melakukan hal itu sampai 3 kali.

Pada dekapan yag ketiga kalinya, Jibril membacakan :
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Artinya: “ Bacalah! Dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)
            Itulah permulaan wahyu yang diturunkannya Al-Qur’an.[4]

F.     Ayat yang Pertama dan Terakhir Diturunkan
Permulaan ayat al-Qur’an yang diturunkan ialah beberapa ayat pada permulaan surat Al-Alaq. Adapun aya yang terakhir diturunkan adalah firman Allah SWT. QS. Al-Baqarah: 281
(#qà)¨?$#ur $YBöqtƒ šcqãèy_öè? ÏmŠÏù n<Î) «!$# ( §NèO 4¯ûuqè? @ä. <§øÿtR $¨B ôMt6|¡Ÿ2 öNèdur Ÿw tbqãKn=ôàムÇËÑÊÈ  
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu  itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi  balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang merekapun tidak dianiaya.”
            Ini adalah pendapat yang benar dan kuat menurut kesepakatan para ulama, yang tokohnya As-Suyuti.
Adapun sebagian ulama  lain mengatakan bahwa ayat al-Qur’an yang terakhir turun ialah QS. Al-Maidah: 3.
...ô tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYƒÏŠ ...
“... Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku kepadamu serta telah Ku-ridhai bagimu Islam itu sebagai agama...”  
Ayat ini tidak benar karena ayat tersebut diturunkan kepada Rasul saw. pada saat beliau melaksanakan haji wada’ yaitu ketika beliau wukuf di Arafah. Setelah itu beliau masih hidup selama 81 hari, dan sebelum beliau wafat turunlah sebuah ayat dari QS. Al-baqarah: 281.[5]

G.    Cara Nabi Menerima Al-Qur’an
Nabi menerima Al-Qur,an dngan perantara Malaikat Jibril sedangkan malaikat Jibril menerimanya dari Allah, Tuhan yang Maha Agung. Jibril Al-Amin tugasnya menyampaikan kalam Allah dan menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW. dan mengajarkannya kepadanya kemudian Rasulullah SAW. menyampaikan kepada umatnya.
Bila turun al-Qur’an, Rasulullah mengalami kesulitan. Beliau berusaha konsentrasi pikirannya untuk menghapalnya. Beliau sering mengulang bacaan ayat Al-Qur’an bersama jibril karena merasa khawatir apabila ada yang terlupa. Karena itu, Nabi tidak perlu tergesa-gesa dalam membaca dan tidak memaksakan diri dalam menerimanya.
Adapun tentang cara Jibril menerima Al-Qur’an adalah dengan cara mendengarkan. Ia mendengarkan ayat-ayat dari Allah kemudian menyampaikan kepada Rasulullah SAW.

H.     Hikmah Turunnya Al Qur’an Secara Berangsur-angsur.
Hikmah di turunkannya secara berangsur-angsur diantaranya ialah:
1.      Meneguhkan hati Nabi SAW.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi sebagai pembangkit ketenangan dan penghapus penderitaan yang telah dilaluinya dalam melaksanakan dakwahnya.[6]
2.      Meringankan nabi dalam menerima wahyu
Al-qur’an merupakan firman Allah yang mempunyai keagungan dan keluhuran. Ia adalah sebuah kitab yang andaikata diturunkan kepada gunung niscaya gunung tersebut akan hancur dan merata karena begitu hebat dan agungnya kitab tersebut.
3.      Mempermudah hafalan dan pemahamannya
Kaum muslimin pada masa itu umumnya masih buta huruf, sehingga turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur dapat memudahkan kaum muslilmin dalam menghafal dan memahami ayat-ayat al-qur’an.[7]
4.      Kesesuaian dengan kejadian dan keadaan
Sejalan dengan kisah atau kejadian disaat diturunkannya, sekaligus memperingatkan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan tepat pada waktunya. Dengan demikian, turunnya ayat al-qur’an lebih mudah tertanam dalam hati dan mendorong orang-orang islam untuk mengambil pelajaran secara praktis.
5.      Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al-Qur’an diturunkan sekaligus.[8]
6.      Bukti pasti bahwa Al-Qur’an diturunkan benar-benar dari Allah SWT.
Memberi petunjuk terhadap asal-usul sumber Al-Qur’an yang diturunkan dari Zat yang Maha Bijaksana lagi terpuji.
7.      Turunnya Al-Qur’an secara bertahap sangat sesuai dengan sunnatullah yang berlaku di alam ini
Sunnatullah bahwa “ segala sesuatu harus terjadi dengan bertahap”. Dari kecil berangsur-angsur menjadi besar, dari bodoh berangsur menjadi pandai, dan sebagainya. Sesuatu yang terjadi secara bertahap, akan dapat berjalan dengan lancar, dan dapat diterima dengan baik, serta mendatangkan faedah yang kita harapkan.  
Demikianlah Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur karena ia akan membawa perubahan yang besar. Dia akan membawa bermacam-macam peraturan yang berisi semua perintah-perintah dan larangan-larangan.


DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Fahmi.2008. Ilmu Al-Qur’an Untuk Pemula. Jakarta: Artha Rivera.
Ash-Shabuniy, Muhammad Ali.1998. Studi Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Budiharjo.2011. Pembahasan Ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Mahali, A. Mujab.1989. Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an.Jakarta: Rajawali Pers.
Syadali, Ahmad.,& Ahmad, Rofi’i.1997. Ulumul Qur’an I. Bandung: Pustaka Setia.



[1] Fahmi Amrullah, Ilmu Al-Qur’an Untuk Pemula,Artha Rivera, Jakarta, 2008, hal: 1
[2] Ahmad Syadali & Ahmad Rofi’i.1997. Ulumul Qur’an I. Bandung: Pustaka Setia.hal: 31

[3] Budiharjo.2011. Pembahasan Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Hal: 13

[4] Muhammad Ali Ash-Shabuniy.1998. Studi Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.hal: 26

[5] Ibid hal: 30
[6] Ahmad Syadali & Ahmad Rofi’i.1997. Ulumul Qur’an I. Bandung: Pustaka Setia.hal: 59
[7] Budiharjo.2011. Pembahasan Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Hal: 13
[8] A. Mujab Mahali.1989. Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an.Jakarta: Rajawali Pers. Hal: XI