Senin, 23 September 2013

LANGKAH-LANGKAH DALAM PENELITIAN

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian penelitian.
Penelitian adalah rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka memecahkan suatu permasalahan ilmiah.Fungsi penelitian tersebut adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang digunakan untuk pemecahan masalah.
     Sebagai kajian kegiatan ilmiah, penelitian punya karakteristik kerja ilmiah yaitu bertujuan, sistematik, terkendali, obyektif, tahan uji.[1]
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu penelitian mempunyai rancangan penelitian (research design) tertentu. [2]
2.      Langkah-langkah dalam penelitian.
Proses pelaksanaan penelitian ilmiah terdiri dari langkah-langkah yang juga menerapkan prinsip metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan selama melakukan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
  1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah
  2. melakukan studi pendahuluan
  3. merumuskan hipotesis
  4. mengidentifikasi variabel dan definisi operasional variabel
  5. menentukan rancangan dan desain penelitian
  6. menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian
  7. menentukan subjek penelitian
  8. melaksanakan penelitian
  9. melakukan analisis data
  10. merumuskan hasil penelitian dan pembahasan
  11. menyusun laporan penelitian dan melakukan desiminasi.[3]

Berikut kita bahas setiap langkah-langkah penelitian ilmiah (scientific research) itu, berikut ini.
a.       Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah
Sebagaimana halnya dalam  metode ilmiah, pada penelitian ilmiah juga harus berangkat dari adanya permasalahan yang ingin di pecahkan. Sebelum  melaksanakan  penelitian ilmiah perlu dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah penting dilakukan agar rumusan  masalah  menjadi tajam dan sebagai bentuk data awal bahwa dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah  dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya (berbentuk pertanyaan). [4]
b.      Melakukan Studi Pendahuluan
Di dalam penelitian ilmiah, perlu dilakukan sebuah studi pendahuluan. Peneliti dapat melakukannya dengan  menelusuri dan  memahami kajian pustaka untuk bahan penyusun landasan teori yang dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil penelitian nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan teori yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan penelitian, namun ternyata kurang relevan. Oleh karenanya, perlu dilakukan usaha memilah-milah teori yang sesuai. Selain itu studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui pengkajian kepustakaan akan dapat membuat penelitian lebih fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat memudahkan penentuan data apa yang nantinya akan dibutuhkan.
c.       Merumuskan Hipotesis
Hipotesis perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah, lebih-lebih penelitian kuantitatif. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain itu dengan rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan langsung dengan hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis. Hipotesis erat kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.
Dasar teori yang kurang sehat akan melahirkan hipotesis yang prediksinya kurang tepat,dan sebalikya. Cara-cara orang melakukan hipotesis :
(-) hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variable atau lebih
(-) hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan
(-) hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat          
(-) hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipootesis tersebut.
Secara garis besar hipotesis yang isi dan rumusannya bermacam-macam itu dibedakan menjadi 2 macam : (a) hipotesis tentang hubungan, yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variable atau lebih, mendasari berbagai penelitian korelasional. (b) hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variable tertentu pada kelompok yang berbeda-beda. Perbedaan itu sering kali karena pengaruh perbedaan yang terdapat pada satu atau lebih variable yang lain, hipotesis tentang perbedaan itu mendasari berbagai penelitian komparatif.[5]
d.      Mengidentifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Sebuah variabel dalam penelitian ilmiah adalah fenomena yang akan atau tidak akan terjadi sebagai akibat adanya fenomena lain. Variabel penelitian sangat perlu ditentukan agar masalah yang diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah menjadi jelas dan terukur. Dalam tahap selanjutnya, setelah variabel penelitian ditentukan, maka peneliti perlu membuat definisi operasional variabel itu sesuai dengan maksud atau tujuan penelitian. Definisi operasional variabel adalah definisi khusus yang dirumuskan sendiri oleh peneliti. Definisi operasional tidak sama dengan definisi konseptual yang didasarkan pada teori tertentu.
e.       Menentukan Rancangan atau Desain Penelitian
Rancangan penelitian sering pula disebut sebagai desain penelitian. Rancangan penelitian merupakan prosedur atau langkah-langkah aplikatif penelitian yang berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ilmiah bagi si peneliti yang bersangkutan. Rancangan penelitian harus ditetapkan secara terbuka sehingga orang lain dapat mengulang prosedur yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan peneliti.
f.       Menentukan dan Mengembangkan Instrumen Penelitian
Apakah yang dimaksud dengan instrumen penelitian? Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya. Beragam alat dan teknik pengumpulan data yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan jenis penelitian ilmiah yang dilakukan. Setiap bentuk dan jenis instrumen penelitian memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Karena itu sebelum menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah satu kriteria pertimbangan yang dapat dipakai untuk menentukan instrumen penelitian adalah kesesuaiannya dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Tidak semua alat atau instrumen pengumpul data cocok digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu.
g.      Menentukan Subjek Penelitian
Orang yang terlibat dalam penelitian ilmiah dan berperan sebagai sumber data disebut subjek penelitian. Seringkali subjek penelitian berkaitan dengan populasi dan sampel penelitian. Apabila penelitian ilmiah yang dilakukan menggunakan sampel penelitian dalam sebuah populasi penelitian, maka peneliti harus berhati-hati dalam menentukannya. Hal ini dikarenakan, penelitian yang menggunakan sampel sebagai subjek penelitian akan menyimpulkan hasil penelitian yang berlaku umum terhadap seluruh populasi, walaupun data yang diambil hanya merupakan sampel yang jumlah jauh lebih kecil dari populasi penelitian. Pengambilan sampel penelitian yang salah akan mengarahkan peneliti kepada kesimpulan yang salah pula.Sampel yang dipilih harus merepsentasikan populasi penelitian.
h.      Melaksanakan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah proses pengumpulan data sesuai dengan desain atau rancangan penelitian yang telah dibuat. Pelaksanaan penelitian harus dilakukan secara cermat dan hati-hati karena kan berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan dan kebenaran data penelitian tentu saja akan menentukan kualitas penelitian yang dilakukan.Seringkali peneliti saat berada di lapangan dalam melaksanakan penelitiannya terkecoh oleh beragam data yang sekilas semuanya tampak penting dan berharga. Peneliti harus fokus pada pemecahan masalah yang telah dirumuskannya dengan mengacu pengambilan data berdasarkan instrumen penelitian yang telah dibuatnya secara ketat. Berdasarkan cara pengambilan data terhadap subjek penelitian, data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu data langsung dan data tidak langsung. Data langsung adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber data (subjek penelitian), sementara data tidak langsung adalah data yang diperoleh peneliti tanpa berhubungan secara langsung dengan subjek penelitian yaitu melalui penggunaan media tertentu misalnya wawancara menggunakan telepon, dan sebagainya.
i.        Melakukan Analisis Data
Beragam data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu sendiri. Bila penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis data akan bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka data yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah menjadi data kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan dan analisis data.


j.        Merumuskan Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada hakekatnya merumuskan hasil penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti melakukan interpretasi dan diskusi hasil penelitian.Hasil penelitian dan pemabahasannya merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian ilmiah dengan pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak. Bila hasil penelitian mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada teori yang menjadi sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.
k.      Menyusun Laporan Penelitian dan Melakukan Desiminasi
Seorang peneliti yang telah melakukan penelitian ilmiah wajib menyusun laporan hasil penelitiannya. Penyusunan laporan dan desiminasi hasil penelitian merupakan langkah terakhir dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Format laporan ilmiah seringkali telah dibakukan berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di mana penelitia itu melakukannya. Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau menuliskannya dalam jurnal-jurnal penelitian. Ini penting dilakukan agar hasil penelitian diketahui oleh masyarakat luas (masyarakat ilmiah) dan dapat dipergunakan bila diperlukan.(Muhammad Faiq.2013).

Bagitu pula suharsimi dalam memebagi langkah-langkah.
Suharsimi Arikunto 1996: 16-17) mengemukakan sebelas langkah penelitian.
1.      Memilih masalah;
2.      Studi pendahuluan;
3.      Merumuskan masalah;
4.      Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis;
5.      Memilih pendekatan;
6.      Menentukan variable dan sumber data;
7.      Menetukan dan menyusun instrument penelitian;
8.      Mengumpulkan data;
9.      Analisis data;
10.  Menarik kesimpulan;
11.  Menulis laporan;[6]




[1] Saifuddin Azar.metodologi Penelitian.hlm.1-4
[3] File//Langkah-langkah penelitian ilmiah.html
[4] Ibit.hlm.29.
[5] Sumardi surya brata.metodologi pnelitian.hlm.69.
[6]File// metodologi penelitian/langkah-langkah penelitian/LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN   ichsan ibrahim malakaji.htm

TAFSIR KEWAJIBAN BELAJAR

BAB II
PEMBAHASAN
1.     QS. Surat Al Alaq, ayat: 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ 
 Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
a. Asbabun Nuzul.
Kandungan surah yang lalu (Alam Nasyrah) berbicara tentang aneka nikmat yang telah dianugerahkan Allah SWT Kepada Nabi Muhammad SAW. Kandungan surah tersebut mengingatkan beliau tentang kebersamaan Allah yang tujuannya adalah agar beliau tidak ragu atau berkecil hati dalam menyampaikan risalah sesuai dengan apa yang diperintakan-Nya pada akhir surah adh-Dhuha. Di sini beliau diperintahkan untuk membaca guna lebih memantapkan lagi hati beliau.
Demikian hubungan surah ini dengan surah sebelumnya bila ditinjau dari segi perurutan penulisannya dalam Mushhaf. Namun demikian, perlu dicatat bahwa perurutan itu bukankah perurutan dari segi masa turunnya, karena kelima ayat di atas merupakan wahyu Al Qur'an pertama yang diterima oleh Rasulullah Muhammad SAW.
b. Tafsir.
Ayat pertama bagaikan menyatakan : Bacalah wahyu-wahyu Ilahi yang sebentar lagi akan banyak engkau terima, dan baca juga alam dan masyarakatmu. Bacalah agar engkau membekali dirimu dengan kekuatan pengetahuan. Bacalah semua itu tetapi dengan syarat hal tersebut harus engkau lakukan dengan atau demi nama Tuhan Yang selalu memelihara dan membimbingmu dan yang mencipta semua makhluk kapan dan di mana pun.[1]

Setelah menjelaskan bahwa Allah adalah Pencipta segala yang wujud, maka ayat 2 menjelaskan ciptaan-Nya, yang kepadanya ditujukan wahyu-wahyu Al Qur'an yakni manusia yang diciptakan-Nya dari a’alaq, yakni sesuatu bergantung. Baik dalam arti bergantung di dinding rahim yang merupakan salah satu proses amat penting menuju kelahirannya, maupun dalam arti bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi memiliki sifat ketergantungan kepada selainnya, seperti alam, manusia lebih-lebih kepada Allah SWT.

Selanjutnya, ayat ketiga mengulangi perintah membaca sambil memperkenalkan Allah sebagai Zat yang akram, yakni Maha Baik dan Maha Pemurah, yang kemurahan-Nya tidak dapat dilukiskan karena melampaui batas harapan. Ayat 4 dan 5 menjelaskan sebagian dampak kemurahan-Nya dengan menyatakan bahwa Dia yang mengajar manusia dengan pena, yakni melalui sarana yang diusahakan oleh manusia. Dan Dia juga mengajar manusia secara langsung tanpa keterlibatan usahanya.

c. Hikmah yang dapat diambail:
·         Untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak, dianjurkan untuk membaca baik itu yang berupa pelajaran formal ataupun umum
·         Mencari ilmu tidak hanya membaca akan tetapi perlu bantuan untuk mengajarkannya
·         Manusia diciptakan dari segumpal darah yang lemah

2.     QS. Al Ghosyiyah, ayat: 17 – 20
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ   n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#øŸ2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ
  n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ   n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ  
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,
18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

a.       Asbabun nuzul.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Allah melukiskan ciri-ciri surga, kaum-kaum yang sesat merasa heran.maka Allah menurunkan ayat ini (S.88:17) sebagai perintah untuk memikirkan keluhuran dan keajaiban ciptaan Allah. Diriwyatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Qatadah.[2]
b.    Tafsir

Allah berfirman guna memberitahukan kepada para abdinya untuk memperhatikan mahluk-mahluknya yang menunjukkan pada kekuasaandan keagungannya, “ maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan”. Unta dikemukakan karenadia merupakan ciptaan yang menabjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat. Dan, unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa walaupun demikian, dia ditundukkan untuk menangung beban yang berat dan menuntun kusir yang payah, dapat dimakan, bulunya dapat digunakan, dan susunya dapat diminum. Mereka diingatkan dengan hal ini karena bagi bangsa arab, binatang yang paling akrab dengan kehidupan mereka adalah unta.
 “Dan langit, bagaimana dia ditinggikan?” yaitu, bagaimana allah ta’ala meninggikan langit dari bumi, ini merupakan peninggian yang sangat agung.
 “dan gunung- gunung ditinggikan bagaimana dia ditegakkan?” yaitu, menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya; dan telah menjadikan berbagai macam manfaat dan barang-barang tambang.
“Dan bumi, bagaimana dia dihamparkan? “yaitu, bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan dan dihamparkan. Maka, ayat ini mengingatkan orang-orang arab badui tentang apa yang sering disaksikan oleh mereka beripa unta, langit, gunung, dan bumi agar mereka mengambil pelajaran dari semua ini tentang kekuasaan Diayang telah menciptakan. Dan bahwa dia adalah Raab yang mahaagung dialah yang pencipta, pemilik dan pengatur. Dialah yang tidak ada tuhan selain dia semata.
                        Allah ta’ala berfirman:maka berilah peringatan karena sesungguhnya kalian orang-orang yang memberi peringatan.kamu bukan orang-orang yang berkuasa ats mereka “yaitu berilah peringatan Wahai Muhammad dengan risalah yang kamu bawa kepada mereka itu karena kewajibanmu itu hanyalah menyampaikan, sedangkan perhitungan terserah kami.itulah sebabnya Allah ta’ala berfirman:”kamu bukannlah orang-orang yang berkuasa atas mereka”yaitu kmu tidak dapat menciptakan keimanan didalah hati mereka.
Diriwayatkan dari jabir Rosulullah  Saw.bersabda:
Artinya:Aku diperintahkan untuk memerangi mereka , sehingga mereka mengatakan”tiada tuhan selain Allah”.dan dia telah mengatakannya mereka telah terpelihara dari ku, darah dan harta mereka, kecuali karena alasan yang baik.dan perhitungan mereka terserah Allah.setelah itu rosulullah sawmembacaayat,”maka berilah peringatan kamu bukan orang yang berkuasa atas mereka”.
            Allah ta’ala berfirman,”tetapiu yang berpaling dan kafir”yaitumemalingkan diri sehingga tidak mengamalkanrukun-rukunnya dan kufur terhadap kebenaran dengan perbuatan dan ucapanny.ini adalah seperti firman Allah Ta’ala,” dia tidak membenarkan dan tidak pula sholat, akan tetapi mendustakan dan berpaling” itulah sebabnya Allah swt selanjutkan berfirman “maka Allah swt  mengazabnya dengan azab yang besar”diriwayatkan oleh imamAhmad dari abu umamah al-bahili bahwa dia pernah lewat didepan kholid bin yazid bin mu’awiyah, kemudian menanyakan kepadanya tentang kalimat yang lembut yang pernah didenganr dari rosulullah saw:
Dia pernah mendengar rosulullah saw bersabda,’kalian semua pati akan masuk surga ,kecuali yang lain dari allah, sebagaimana onta yang lari dari tuannya.
                        Allah ta’ala berfirman:sesungguhnya kepada kamilah kembali mereka kemudian sesungguhnya kewajiban kamilah menghisab mereka”yaitu kamilah yang akan menghisab mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka dan kami akan memberi balasan untuk semua itu” kebaikan dibalas kebaikan keburukan dibalsa keburukan.[3]
c.       Hikmah yang dapat di ambil.
Hikmah yang dapat diambil:
·         Manusia diciptakan untuk beribadah dan bertafakur atas segala ciptaan allah yang tiada bandingnya
·          Sungguh Terdapat banyak ilmu pengetahuan yang belum kita ketahui,
·         Banyak terdapat contoh-contoh yang baik pada binatang seperti unta
·         Dengan ayat-ayat ini manusia dapat mengetahui kekuasaan allah secara nyata.
·         Kewajiban kita mengajarkan ilmu sesuai dengan kemampuan kita tanpa memaksa  siapa yang mau diberi ilu, karena Allahlah dzat yang menggerakkan hati setiap manusia.
3.     QS. Al Imron, ayat: 190-191
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ   tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

a.       Asbabun nuzul.
Sebab turunnya ayat tersebut ialah, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang kafir Quraisy datang kepada orang Yahudi untuk bertanya :”Mukjizat apakah yang dibawa Musa kepada kalian ?”. Mereka menjawab :” Tongkat dan tangannya terlihat putih bercahaya”. Kemudian mereka bertanya kepada kaum Nasrani : “Mukjizat apa yang dibawa Isa kepada kalian ?”. Mereka menjawab :” Ia dapat menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak dan menghidupkan orang mati”. Kemudian mereka menghadap Nabi SAW. dan berkata :” Hai Muhammad, coba berdo’alah engkau kepada Rabb-mu agar bukit Shafa ini dijadikan emas”. Lalu Nabi SAW. berdo’a dan turunlah ayat tesebut di atas (Q.S. Ali Imron :190) sebagai petunjuk untuk memperhatikan apa yang telah ada, yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang yang menggunakan akalnya.[4]
b.      Tafsir .
Sesungguhnya dalam peraturan langit dan bumi serta keindahannya, didalam pergantian malam dan siang, serta terus menerus beriring-iringan melalui aturan yang paling baik, yang nyata pengaruhnya pada tubuh dan akal kita, seperti panas dan dingin , demikian pula pada binatang dan tumbuh-tunbuhan, semua itu merupakan dalil atau bukti yang menunjukkan keesaan allah kesempurnaan ilmu dan kodratnya, bagi semua orang yang berakal kuat.
Siapakah merek yanga berakal kat itu? Mereka adalah orang-orang yang memperhatikn ciptaan langit dan bumi beserta isi dan hukumnya., lalu mengingat penciptanya dalam segala keadaan . seperti sambil berdiri, duduk, ataupun berbaring. Mereka memikirkan keindahan penciptaan allah, rahasia-rahasia kejadiannya dan segala yang dikandung dalam alam ini. Itusemua menunjukan kodrat atau kekuasaan serta ketunggalan keesaan allah yang sempurna, baik mengenai zat, sifat ataupun perbuatannya.
 Menyebut Nama allah dan memikirkan keadaan alam, seraya lisannya mengucapkan “ wahai tuhan, kau tidak menjadikan sesuatu yang kamijadikan sia-sia,baik alam bumi ataupun alam atas. Segala apa yang engkau jadikan pasti punya tujuan. Masing-masing orang akan memperoleh pembalasan atas amalnya kelak baik buruk maupun baik.
Berilah kami taufik atau petunjuk dengan inayat atau bantuan menuju amalan –amalan sholih, supaya bisa menyelamatkan kami dari azab neraka. Ayat ini mengandung bahwa allah menyukai orang yang menjaga subhanallah bila melihat langit slain itu mengandung pengertian bahwa kita hendak berdoa seyogyanya memuji allah terlebih dahulu dengan mengucapkan hamdalah.



c.       Hikmah yang dapat diambil:
·          Dengan mengetahui pengetahuan yang lebih mendalam tentang ilmu sains maka menambah ketakwaan kepada allah
·         Akal fikiran tidak berguna jika tidak digunakan untuk bertafakur kepada allah
·         Bahwa kemenangan dan keberuntungan hanyalah dengan mengingat kebesaran allah serta memikirkan segala mahluqnya yang menunjuk kepada adanya kholiq atau pencipta yang esa.

4.     QS. At taubat, ayat: 122
* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  
122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

a.       Asbabun Nuzul.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah bahwa pada waktu QS. At- Taubah ayat 39 turun ada beberapa orang yang tidak hadir dalam peperangan karena hidup di daerah pedalaman (Badui). Mereka mengajar kaumnya ilmu agama. Melihat yang demikian, orang-orang munafik mengatakan : "Celakalah penduduk kampung itu, mereka tidak hadir berperang bersama Rasulullah." Sehubungan dengan itu Allah menurunkan ayat ke-122 yang memberikan ketegasan bahwa orang-orang yang tidak hadir dalam peperangan karena baru menekuni ilmu agama, mereka tidak berdosa. Jadi, orang yang belajar dan mengajar ilmu agama termasuk jihad.
Riwayat lain dari Abdillah bin Ubaid bin Umar, oleh karena kaum muslimin berambisi sekali untuk berjihad, maka apabila ada seruan untuk berjihad di medan perang dari Rasulullah saw. mereka dengan tanpa berpikir panjang langsung berangkat. Tidak jarang mereka berangkat dengan meninggalkan Rasulullah bersama orang-orang dhaif di Madinah. Sehubungan dengan itu Allah menurunkan ayat 122 sebagai penegasan tentang larangan bagi kaum muslimin berangkat perang secara keseluruhan dan ayat ini memberikan tuntunan agar sebagian kaum muslimin menuntut ilmu agama, sementara yang lain berangkat jihad. Nilai pahala keduanya sama.[5]
b.  Tafsir.

Dalam Al-Qur'an, istilah tafaqquh fi ad-din disebut hanya sekali. Kata ad-din dalam rangkaian istilah tersebut berarti "agama" dalam arti yang luas, bukan "agama" arti sempit, seperti mempelajari seluk-beluk wudhu dan masalah shalat, atau hanya menyangkut masalah fiqih. Agama yang oleh ungkapkan tersebut di dorong untuk di dalami oleh dari Nabi SAW, pada saat beliau berada di tempat/ Madinah karena tidak berangkat memimpin perang, meliputi berbagai informasi yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur'an yang telah diterima Rasulullah saw pada periode Mekah selama 13 tahun, dan juga masalah-masalah agama yang mungkin dapat disampaikan Nabi pada saat para sahabat yang berminat melakukan tafaqqauh fid-din. Jadi, seolah-olah dikatakan bahwa jika Rasulullah saw sedang berada di Madinah, tidak berangkat memimpin perang, sepatutnya sebagian sahabat memanfaatkan kesempatan itu untuk mendalami berbagai persoalan agama.
Quraish Shihab berpendapat bahwa pengaitan tafaqquh (pendalaman pengetahuan itu) dengan agama, adalah untuk menggarisbawahi tujuan pendalaman pengetahuan itu, bukan dalam arti pengetahuan tentang ilmu agama. Pembagian disiplin ilmu-ilmu agama dan ilmu umum belum dikenal pada masa turunnya al-Qur'an bahkan tidak diperkenalkan oleh Allah swt. Al-Qur'an tidak membedakan ilmu. Ia tidak mengenal istilah ilmu agama dan ilmu umum, kareana semua ilmu bersumber dari Allah swt. Yang diperkenalkannya adalah ilmu yang diperoleh dengan usaha manusia (acquired knowledge) dan ilmu yang merupakan anugerah Allah tanpa usaha manusia (ladunny/ perennial) (Shihab, 2002: 707).
Sumber ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari ayat-ayat qauliyah dan kauniyah. Manusia memperoleh ilmu pengetahuan dari dua sumber utama; sumber Ilahi berupa wahyu, ilham maupun mimpi yang benar dan sumber manusiawi; jenis ilmu pengetahuan dipelajari manusia dari berbagai pengalaman pribadinya dalam kehidupan, upaya mengamati, menelaah, dan memecahkan berbagai problem yang dihadapi melalui ”Trial and Error” atau lewat pendidikan dan pengajaran dari kedua orangtuanya, lembaga-lembaga pendidikan maupun penelitian ilmiah (LPPI-UMP, 2009: 96).
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa tidak semua orang mukmin harus berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat di lakukan oleh sebagian kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi harus menuntut ilmu dan mendalami agama Islam, supaya ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan bermanfaat sehingga kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.
Perang bertujuan untuk mengalahkan musuh-musuh Islam serta mengamankan jalan dakwah Islamiyah. Sedang menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan agama Islam, agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh semua macam lapisan masyarakat.Dengan demikian, ayat ini mempunyai hubungan yang erat dengan ayat-ayat yang lalu, karena sama-sama menerangkan hukum berjihad, akan tetapi dalam bidang dan cara yang berlainan (Depag, 2009: 233).
Tidak setiap orang Islam mendapat kesempatan untuk menuntut dan mendalami ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu agama, karena sibuk dengan tugas di medan perang, di ladang, di pabrik, di toko dan sebagainya. Oleh sebab itu harus ada sebagian dari umat Islam yang menggunakan waktu dan tenaganya untuk menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama, agar kemudian setelah mereka selesai dan kembali ke masyarakat, mereka dapat menyebarkan ilmu tersebut, serta menjalankan dakwah islamiyah dengan cara dan metode yang baik sehingga mencapai hasil yang baik pula.
Apabila umat Islam telah memahami ajaran agamanya, dan telah mengerti hukum halal dan haram, serta perintah dan larangan agama, tentulah mereka akan lebih dapat menjaga diri dari kesesatan dan kemaksiatan, dan dapat melaksanakan perintah agama dengan baik dan dapat menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, umat Islam menjadi umat yang baik, sejahtera dunia dan akhirat.
Tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu karena ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan kepada mereka tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan harapan supaya mereka takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan, di samping agar seluruh kaum mukminin mengetahui agama mereka, mampu menyebarkan dakwahnya dan membelanya, serta menerangkan rahasia-rahasianya kepada seluruh umat manusia. Jadi, bukan bertujuan supaya memperoleh kepemimpinan dan kedudukan yang tinggi serta mengungguli kebanyakan orang-orang lain, atau bertujuan memperoleh harta dan meniru orang zalim dan para penindas dalam berpakaian, berkendaraan maupun dalam persaingan di antara sesama mereka.
Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama dan bersedia mengajarkannya di tempat-tempat pemukiman serta memahamkan orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka. Sehingga, mereka tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap mukmin.
Orang-orang yang mempelajari agama dengan tujuan seperti itu lah orang yang beruntung. Mereka mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dan tidak kalah tingginya dari kalangan pejuang yang mengorbankan harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Allah, membela agama dan ajaran-Nya. Bahkan, mereka boleh jadi lebih utama dari pejuang pada situasi lain ketika mempertahankan agama menjadi wajib 'ain bagi setiap orang (Maraghi, 1992: 87). Penulis menyimpulkan dari uraian di atas bahwa peran ulama itu lebih mulia dari syuhada.
Ibnu Abbas ra. memberikan penakwilannya, bahwa ayat ini penerapannya hanya khusus untuk sariyyah-sariyyah, yakni apabila pasukan itu dalam bentuk Sariyyah, sedangkan ayat sebelumnya yang juga melarang seseorang tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut berangkat ke medan perang jika itu adalah Ghazwah (Jalalain, 2000: 819).[6]
Pendapat lain mengatakan: semua golongan dari penduduk Arab yang muslim wajib berangkat berperang, kemudian dari sekian golongan itu harus ada orang-orang yang menyertai Rasulullah saw. guna memahami agama lewat wahyu yang diturunkan kepadanya, kemudian mereka dapat memperingatkan kaumnya apabila telah kembali, yaitu ihwal persoalan musuh. Jadi, dalam pasukan itu ada dua kelompok: kelompok yang berjihad dan kelompok memperdalam agama melalui Rasul.
Sehubungan dengan ayat ini, al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata: Dari setiap penduduk Arab ada sekelompok orang menemui Rasulullah saw. mereka menanyakan kepada beliau berbagai persoalan agama yang mereka kehendaki dan mendalaminya. Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang diperintahkan kepada kami bila kami kembali? Ibnu Abbas berkata: maka Nabi menyuruh mereka menaati Allah, menaati Rasulullah, menyampaikan berita kepada kaumnya ihwal kewajiban mendirikan shalat dan zakat. Jika golongan ini telah sampai kepada kaumnya, mereka berkata: "Barangsiapa masuk Islam, maka dia termasuk kelompok kami." Mereka memberi peringatan kepada setiap delegasi agar memperingatkan kaumnya jika mereka telah kembali ke kampung halamannya: memperingatkan nerakan dan menggembirakan dengan surga (Ar-Rifa'I, 1999).
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya memperdalam ilmu dan menyebarluaskan informasi yang benar. Ia tidak kurang penting dari upaya mempertahankan wilayah. Bahkan, pertahanan wilayah berkaitan erat dengan kemampuan informasi serta kehandalan ilmu pengetahuan atau sumber daya manusia. Sementara ulama  menggarisbawahi persamaan redaksi anjuran/ perintah menyangkut kedua hal tersebut. Jadi, yang dimaksud dengan orang yang memperdalam pengetahuan demikian juga yang memberi peringatan adalah mereka yang tinggal bersama Rasul saw dan tidak mendapat tugas sebagai anggota pasukan, sedang mereka yang diberi peringatan adalah anggota pasukan yang keluar melaksanakan tugas yang dibebankan Rasul saw. ini adalah pendapat mayoritas ulama.
Ibnu Jarir at-Thabari berpendapat bahwa yang memperdalam pengetahuan adalah aggota pasukan yang ditugaskan Nabi saw. dengan perjuangan dan kemenangan menghadapi musuh, mereka memperoleh pengetahuan tentang kebenaran Islam serta pembelaan Allah swt terhadap agama-Nya dan memperingatkan orang yang tinggal di Madinah agar berhati-hati dalam bersikap dan kelakuan mereka agar tidak terhindar dari bencana yang dialami orang-orang yang membangkang perintah-Nya. Pendapat ini di dukung oleh Sayyid Qutb.
Pendapat ini agaknya dipaksakan, apalagi tidaklah pada tempatnya menamai pengalaman mereka yang terlibat dalam dalam perang atau kemenangan yang mereka raih sebagai upaya tafaqqahu fid din (memperdalam ilmu agama) . ayat ini menggarisbawahi terlebih dahulu motivasi memperdalam pengetahuan bagi mereka yang di anjurkan keluar, sedang motivasi utama mereka yang berperang bukanlah tafaqquh . ayat ini tidak berkata bahwa hendaklah jika mereka pulang mereka bertafaqquh, tetapi berkata " untuk memberi peringatan kepada kaum mereka apabila mereka telah kembali kepada mereka, supaya mereka berhati-hati. Peringatan itu hasil tafaqquh. Itu tidak mereka peroleh pada saat terlibat dalam perang, karena yang terlibat ketika itu pastilah sedemikian sibuk menyusun strategi dan menagkal serangan, mempertahankan diri sehingga tidak mungkin dapat bertafaqquh memperdalam pengetahuan. Memang harus diakui, bahwa yang bermaksud memperdalam pengetahuan agama harus memahami arena, serta memperhatikan kenyataan yang ada, tetapi itu tidak berarti tidak dapat dilakukan oleh mereka yang tidak terlibat dalam perang. Bahkan tidak keliru jika dikatakan yang tidak terlibat dalam perang itulah yang mampu menarik pelajaran, mengembangkan ilmu daripada mereka yang terlibat langsung dalam perang (Shihab, 2002: 709).
Ali bin Abi Thalib berkata :”Sesungguhnya yang disebut orang alim adalah orang yang beramal dengan ilmunya dan ilmunya sesuai dengan amalnya.” Atsar tersebut menunjukkan bahwa harus ada integritas antara ilmu dengan amal, karena sejatinya menurut ulama orang-orang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya, mereka adalah orang yang bodoh.
c.       Hikmah yang dapat diambil:
·         Jihad dijalan allah tidak hanya berperang dimendan perang akan tetapi juga dengan menuntut ilmu yang banyak atau memberikan ilmunya.
·          Dengan ilmu manusia dapat menjaga diri dari mengaru yang buruk

5.     Al ankabut, ayat:19-20
öNs9urr& (#÷rttƒ y#øŸ2 äÏö7ムª!$# t,ù=yø9$# ¢OèO ÿ¼çnßÏèム4 ¨bÎ) šÏ9ºsŒ n?tã «!$# ׎Å¡o ÇÊÒÈ
  ö@è% (#r玍ŠÎû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øŸ2 r&yt/ t,ù=yÜø9$# 4 ¢OèO ª!$# à×Å´Yムnor'ô±¨Y9$# notÅzFy$# 4
¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇËÉÈ  
19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi[1147]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

[1147] Maksudnya: Allah membangkitkan manusia sesudah mati kelak di akhirat
a. Asbabun Nuzul.
Kedua ayat ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari nasihat Nabi Ibrahim kepada kaumnya, setelah beliau melihat tanda-tanda penolakan mereka. Ayat ini merupakan jawaban atas keraguan orang musyrik terhadap hari kebangkitan.
Dalam suatu riwayat dikekemukakan bahwa rosulullah sawberdakwah pada orang-orang yahudi agar masuk Islam,tetapi mereka menolaknya, berkata mu’adz bin jabbal dan sa’ad bin Ubadah (Ansor) kepada mereka:wahai kaum yahudi !Takutlah kalian kepada Allah, demi Allah, sesungguhnya kalian mengetahui bahwa belio utusan Allah, karena kalian telah menerangkah kepada kami dahulu sebeluim belio diutus, sifat-sifat berada padanya,berkatalah ofik bin huraimalah dan wahab bin lahuda:kami tidak pernah berkata demikian kepada kalian, dan Allah tidak menurunkan kitab sesudah musa, dan diada mengutus utusan selaku pemberi kabar  gembira dan peringatan sesudah musa”.Maka Allah menurunkan kitab ini(S.5:19) sebagai teguran terhadap orang-orang yang mengingkari ayat-ayat tersebut tentang rosul terahir.

b. Tafsir.
Allah ta’ala memberitahukan tentang al kholil as. Bahwa sanya dia menegaskan hari kiamat kepada kaumnya yang mengingkarinya penegasannya itu melalui hasil penciptaan allah yang dapat mereka lihat pada diri mereka sendiri, setelah sebelumnya mereka bukan apa-apa. Zat yang memuai penciptaan dari tiada adalah berkuasa pula untuk mengembalikannya. Dan itu mudah baginya. Penegasan itu juga dilakukan dengan mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi, mahluq-mahlung yang ada pada keduanya , dan benda-benda yang ada diantara keduanya yang menunjukan kepada adanya pembuat sebagai pencipta yang mutlaq yang mengatakan kepada sesuatu” jadilah”, maka iapun menjadi. Allah ta’ala berfirman, dan apakah mereka tidakmemperhaikan bagaimana allah pencipta pada permulaan, kemudian dis mengulanginya. Sesungguhnya yang demikan itu adalah mudah bagi allah.


c. Hikmah yang dapat diambil:
·         Allah maha kuasa atas segala mahluknya, dengan mudah Dia dapat merubah seseuai yang beliau kehendaki
·         Sesungguhnya pengetahui bahwa ada hidup setelah mati ( dibangkitkan kembali).
·         Seharusnya kita pun mengajarkan kebaikan kepada sesama, karena semua hal akn diperhitungkan oleh Allah.



[2] KH.qomaroddin shaleh dkk.Asbabun Nuzul.hal:583.
[3] Muhammad Nasib Arrifa’i .Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.hal:969-971
[4] Ibid. hal:119
[5] file:///H:/tpq/Obat%20Hati%20%20Tafsir%20surat%20At-Taubat%20ayat%2022.htm
[6] File///h:/tpq/obat hati tafsir surat attaubatayat122.html