BAB II
PEMBAHASAN
1.
QS. Surat Al Alaq, ayat: 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/
y7În/u Ï%©!$# t,n=y{
ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$#
ô`ÏB
@,n=tã
ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur
ãPtø.F{$#
ÇÌÈ
Ï%©!$#
zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î/
ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$#
$tB óOs9
÷Ls>÷èt
ÇÎÈ
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589]
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
a. Asbabun Nuzul.
Kandungan surah yang lalu (Alam Nasyrah) berbicara
tentang aneka nikmat yang telah dianugerahkan Allah SWT Kepada Nabi Muhammad
SAW. Kandungan surah tersebut mengingatkan beliau tentang kebersamaan Allah
yang tujuannya adalah agar beliau tidak ragu atau berkecil hati dalam
menyampaikan risalah sesuai dengan apa yang diperintakan-Nya pada akhir surah
adh-Dhuha. Di sini beliau diperintahkan untuk membaca guna lebih memantapkan
lagi hati beliau.
Demikian hubungan surah ini dengan surah
sebelumnya bila ditinjau dari segi perurutan penulisannya dalam Mushhaf. Namun
demikian, perlu dicatat bahwa perurutan itu bukankah perurutan dari segi masa
turunnya, karena kelima ayat di atas merupakan wahyu Al Qur'an pertama yang
diterima oleh Rasulullah Muhammad SAW.
b. Tafsir.
Ayat pertama bagaikan menyatakan : Bacalah
wahyu-wahyu Ilahi yang sebentar lagi akan banyak engkau terima, dan baca juga
alam dan masyarakatmu. Bacalah agar engkau membekali dirimu dengan kekuatan
pengetahuan. Bacalah semua itu tetapi dengan syarat hal tersebut harus engkau
lakukan dengan atau demi nama Tuhan Yang selalu memelihara dan membimbingmu dan
yang mencipta semua makhluk kapan dan di mana pun.
Setelah menjelaskan bahwa Allah adalah Pencipta
segala yang wujud, maka ayat 2 menjelaskan ciptaan-Nya, yang kepadanya
ditujukan wahyu-wahyu Al Qur'an yakni manusia yang diciptakan-Nya dari a’alaq,
yakni sesuatu bergantung. Baik dalam arti bergantung di dinding rahim yang
merupakan salah satu proses amat penting menuju kelahirannya, maupun dalam arti
bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi
memiliki sifat ketergantungan kepada selainnya, seperti alam, manusia
lebih-lebih kepada Allah SWT.
Selanjutnya, ayat ketiga mengulangi perintah
membaca sambil memperkenalkan Allah sebagai Zat yang akram, yakni Maha Baik dan
Maha Pemurah, yang kemurahan-Nya tidak dapat dilukiskan karena melampaui batas
harapan. Ayat 4 dan 5 menjelaskan sebagian dampak kemurahan-Nya dengan
menyatakan bahwa Dia yang mengajar manusia dengan pena, yakni melalui sarana
yang diusahakan oleh manusia. Dan Dia juga mengajar manusia secara langsung
tanpa keterlibatan usahanya.
c. Hikmah yang dapat diambail:
·
Untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak, dianjurkan untuk membaca
baik itu yang berupa pelajaran formal ataupun umum
·
Mencari ilmu tidak hanya membaca akan tetapi perlu bantuan untuk
mengajarkannya
·
Manusia diciptakan dari segumpal darah yang lemah
2.
QS. Al Ghosyiyah, ayat: 17 – 20
xsùr& tbrãÝàYt
n<Î) È@Î/M}$#
y#ø2
ôMs)Î=äz
ÇÊÐÈ n<Î)ur
Ïä!$uK¡¡9$# y#ø2
ôMyèÏùâ
ÇÊÑÈ
n<Î)ur
ÉA$t6Ågø:$# y#øx.
ôMt6ÅÁçR
ÇÊÒÈ n<Î)ur
ÇÚöF{$#
y#øx.
ôMysÏÜß
ÇËÉÈ
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia
diciptakan,
18. dan langit,
bagaimana ia ditinggikan?
19. dan
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. dan bumi
bagaimana ia dihamparkan?
a. Asbabun nuzul.
Dalam suatu
riwayat dikemukakan bahwa ketika Allah melukiskan ciri-ciri surga, kaum-kaum
yang sesat merasa heran.maka Allah menurunkan ayat ini (S.88:17) sebagai
perintah untuk memikirkan keluhuran dan keajaiban ciptaan Allah. Diriwyatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari
Qatadah.
b. Tafsir
Allah berfirman guna memberitahukan kepada
para abdinya untuk memperhatikan mahluk-mahluknya yang menunjukkan pada
kekuasaandan keagungannya, “ maka apakah mereka tidak memperhatikan unta
bagaimana dia diciptakan”. Unta
dikemukakan karenadia merupakan ciptaan yang menabjubkan, susunan tubuhnya
sungguh memikat. Dan, unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang
luar biasa walaupun demikian, dia ditundukkan untuk menangung beban yang berat
dan menuntun kusir yang payah, dapat dimakan, bulunya dapat digunakan, dan
susunya dapat diminum. Mereka diingatkan dengan hal ini karena bagi bangsa
arab, binatang yang paling akrab dengan kehidupan mereka adalah unta.
“Dan langit, bagaimana dia ditinggikan?”
yaitu, bagaimana allah ta’ala meninggikan langit dari bumi, ini merupakan
peninggian yang sangat agung.
“dan gunung- gunung ditinggikan bagaimana dia
ditegakkan?” yaitu, menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh
sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya; dan telah menjadikan
berbagai macam manfaat dan barang-barang tambang.
“Dan bumi,
bagaimana dia dihamparkan? “yaitu, bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan dan
dihamparkan. Maka, ayat ini mengingatkan orang-orang arab badui tentang apa
yang sering disaksikan oleh mereka beripa unta, langit, gunung, dan bumi agar
mereka mengambil pelajaran dari semua ini tentang kekuasaan Diayang telah
menciptakan. Dan bahwa dia adalah Raab yang mahaagung dialah yang pencipta,
pemilik dan pengatur. Dialah yang tidak ada tuhan selain dia semata.
Allah ta’ala
berfirman:maka berilah peringatan karena sesungguhnya kalian orang-orang yang
memberi peringatan.kamu bukan orang-orang yang berkuasa ats mereka “yaitu
berilah peringatan Wahai Muhammad dengan risalah yang kamu bawa kepada mereka
itu karena kewajibanmu itu hanyalah menyampaikan, sedangkan perhitungan
terserah kami.itulah sebabnya Allah ta’ala berfirman:”kamu bukannlah
orang-orang yang berkuasa atas mereka”yaitu kmu tidak dapat menciptakan
keimanan didalah hati mereka.
Diriwayatkan
dari jabir Rosulullah Saw.bersabda:
Artinya:Aku
diperintahkan untuk memerangi mereka , sehingga mereka mengatakan”tiada tuhan
selain Allah”.dan dia telah mengatakannya mereka telah terpelihara dari ku,
darah dan harta mereka, kecuali karena alasan yang baik.dan perhitungan mereka
terserah Allah.setelah itu rosulullah sawmembacaayat,”maka berilah peringatan
kamu bukan orang yang berkuasa atas mereka”.
Allah ta’ala berfirman,”tetapiu yang
berpaling dan kafir”yaitumemalingkan diri sehingga tidak
mengamalkanrukun-rukunnya dan kufur terhadap kebenaran dengan perbuatan dan
ucapanny.ini adalah seperti firman Allah Ta’ala,” dia tidak membenarkan dan
tidak pula sholat, akan tetapi mendustakan dan berpaling” itulah sebabnya Allah
swt selanjutkan berfirman “maka Allah swt
mengazabnya dengan azab yang besar”diriwayatkan oleh imamAhmad dari abu
umamah al-bahili bahwa dia pernah lewat didepan kholid bin yazid bin mu’awiyah,
kemudian menanyakan kepadanya tentang kalimat yang lembut yang pernah didenganr
dari rosulullah saw:
Dia pernah mendengar rosulullah saw bersabda,’kalian semua pati akan masuk
surga ,kecuali yang lain dari allah, sebagaimana onta yang lari dari tuannya.
Allah
ta’ala berfirman:sesungguhnya kepada kamilah kembali mereka kemudian
sesungguhnya kewajiban kamilah menghisab mereka”yaitu kamilah yang akan
menghisab mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka dan kami akan memberi
balasan untuk semua itu” kebaikan dibalas kebaikan keburukan dibalsa keburukan.
c. Hikmah yang dapat di ambil.
Hikmah yang
dapat diambil:
·
Manusia diciptakan untuk beribadah dan bertafakur atas segala
ciptaan allah yang tiada bandingnya
·
Sungguh Terdapat banyak ilmu
pengetahuan yang belum kita ketahui,
·
Banyak terdapat contoh-contoh yang baik pada binatang seperti unta
·
Dengan ayat-ayat ini manusia dapat mengetahui kekuasaan allah secara
nyata.
·
Kewajiban kita mengajarkan ilmu sesuai dengan kemampuan
kita tanpa memaksa siapa yang mau diberi
ilu, karena Allahlah dzat yang menggerakkan hati setiap manusia.
3.
QS. Al Imron, ayat: 190-191
cÎ) Îû È,ù=yz
ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur
É#»n=ÏF÷z$#ur È@ø©9$#
Í$pk¨]9$#ur
;M»tUy Í<'rT[{
É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$#
tbrãä.õt ©!$#
$VJ»uÏ%
#Yqãèè%ur
4n?tãur
öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtur Îû È,ù=yz
ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur
$uZ/u $tB |Mø)n=yz
#x»yd
WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$#
ÇÊÒÊÈ
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
a.
Asbabun nuzul.
Sebab turunnya ayat tersebut ialah, dalam suatu
riwayat dikemukakan bahwa orang kafir Quraisy datang kepada orang Yahudi untuk
bertanya :”Mukjizat apakah yang dibawa Musa kepada kalian ?”. Mereka menjawab :” Tongkat dan tangannya terlihat putih bercahaya”.
Kemudian mereka bertanya kepada kaum Nasrani : “Mukjizat apa yang dibawa Isa
kepada kalian ?”. Mereka menjawab :” Ia dapat menyembuhkan orang yang
berpenyakit sopak dan menghidupkan orang mati”. Kemudian mereka menghadap Nabi
SAW. dan berkata :” Hai Muhammad, coba berdo’alah engkau kepada Rabb-mu agar
bukit Shafa ini dijadikan emas”. Lalu Nabi SAW. berdo’a dan turunlah ayat
tesebut di atas (Q.S. Ali Imron :190) sebagai petunjuk untuk memperhatikan apa
yang telah ada, yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang yang menggunakan
akalnya.
b.
Tafsir .
Sesungguhnya dalam peraturan langit dan bumi serta
keindahannya, didalam pergantian malam dan siang, serta terus menerus
beriring-iringan melalui aturan yang paling baik, yang nyata pengaruhnya pada
tubuh dan akal kita, seperti panas dan dingin , demikian pula pada binatang dan
tumbuh-tunbuhan, semua itu merupakan dalil atau bukti yang menunjukkan keesaan
allah kesempurnaan ilmu dan kodratnya, bagi semua orang yang berakal kuat.
Siapakah
merek yanga berakal kat itu? Mereka adalah orang-orang yang memperhatikn
ciptaan langit dan bumi beserta isi dan hukumnya., lalu mengingat penciptanya
dalam segala keadaan . seperti sambil berdiri, duduk, ataupun berbaring. Mereka
memikirkan keindahan penciptaan allah, rahasia-rahasia kejadiannya dan segala
yang dikandung dalam alam ini. Itusemua menunjukan kodrat atau kekuasaan serta
ketunggalan keesaan allah yang sempurna, baik mengenai zat, sifat ataupun
perbuatannya.
Menyebut Nama allah dan memikirkan keadaan
alam, seraya lisannya mengucapkan “ wahai tuhan, kau tidak menjadikan sesuatu
yang kamijadikan sia-sia,baik alam bumi ataupun alam atas. Segala apa yang engkau jadikan pasti punya tujuan. Masing-masing orang
akan memperoleh pembalasan atas amalnya kelak baik buruk maupun baik.
Berilah
kami taufik atau petunjuk dengan inayat atau bantuan menuju amalan –amalan
sholih, supaya bisa menyelamatkan
kami dari azab neraka. Ayat ini mengandung bahwa allah menyukai orang yang
menjaga subhanallah bila melihat langit slain itu mengandung pengertian bahwa
kita hendak berdoa seyogyanya memuji allah terlebih dahulu dengan mengucapkan
hamdalah.
c.
Hikmah yang dapat diambil:
·
Dengan mengetahui
pengetahuan yang lebih mendalam tentang ilmu sains maka menambah ketakwaan
kepada allah
·
Akal fikiran tidak berguna jika tidak digunakan untuk bertafakur
kepada allah
·
Bahwa kemenangan dan keberuntungan hanyalah dengan mengingat
kebesaran allah serta memikirkan segala mahluqnya yang menunjuk kepada adanya
kholiq atau pencipta yang esa.
4.
QS. At taubat, ayat: 122
*
$tBur c%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuÏ9
Zp©ù!$2
4 wöqn=sù
txÿtR
`ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù
öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ
(#qßg¤)xÿtGuÏj9
Îû Ç`Ïe$!$# (#râÉYãÏ9ur
óOßgtBöqs%
#sÎ) (#þqãèy_u
öNÍkös9Î)
óOßg¯=yès9
crâxøts ÇÊËËÈ
122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya.
a.
Asbabun Nuzul.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah bahwa pada waktu QS. At- Taubah
ayat 39 turun ada beberapa orang yang tidak hadir dalam peperangan karena hidup
di daerah pedalaman (Badui). Mereka mengajar kaumnya ilmu agama. Melihat yang
demikian, orang-orang munafik mengatakan : "Celakalah penduduk kampung
itu, mereka tidak hadir berperang bersama Rasulullah." Sehubungan dengan
itu Allah menurunkan ayat ke-122 yang memberikan ketegasan bahwa orang-orang
yang tidak hadir dalam peperangan karena baru menekuni ilmu agama, mereka tidak
berdosa. Jadi, orang yang belajar dan mengajar ilmu agama termasuk jihad.
Riwayat
lain dari Abdillah bin Ubaid bin Umar, oleh karena kaum muslimin berambisi
sekali untuk berjihad, maka apabila ada seruan untuk berjihad di medan perang
dari Rasulullah saw. mereka dengan tanpa berpikir panjang langsung berangkat. Tidak jarang mereka berangkat dengan meninggalkan
Rasulullah bersama orang-orang dhaif di Madinah. Sehubungan dengan itu Allah
menurunkan ayat 122 sebagai penegasan tentang larangan bagi kaum muslimin
berangkat perang secara keseluruhan dan ayat ini memberikan tuntunan agar
sebagian kaum muslimin menuntut ilmu agama, sementara yang lain berangkat
jihad. Nilai pahala keduanya sama.
b.
Tafsir.
Dalam Al-Qur'an, istilah tafaqquh fi ad-din
disebut hanya sekali. Kata ad-din dalam rangkaian istilah tersebut berarti
"agama" dalam arti yang luas, bukan "agama" arti sempit,
seperti mempelajari seluk-beluk wudhu dan masalah shalat, atau hanya menyangkut
masalah fiqih. Agama yang oleh ungkapkan tersebut di dorong untuk di dalami
oleh dari Nabi SAW, pada saat beliau berada di tempat/ Madinah karena tidak
berangkat memimpin perang, meliputi berbagai informasi yang terkandung di dalam
ayat-ayat Al-Qur'an yang telah diterima Rasulullah saw pada periode Mekah
selama 13 tahun, dan juga masalah-masalah agama yang mungkin dapat disampaikan
Nabi pada saat para sahabat yang berminat melakukan tafaqqauh fid-din. Jadi,
seolah-olah dikatakan bahwa jika Rasulullah saw sedang berada di Madinah, tidak
berangkat memimpin perang, sepatutnya sebagian sahabat memanfaatkan kesempatan
itu untuk mendalami berbagai persoalan agama.
Quraish Shihab berpendapat bahwa pengaitan tafaqquh
(pendalaman pengetahuan itu) dengan agama, adalah untuk
menggarisbawahi tujuan pendalaman pengetahuan itu, bukan dalam arti pengetahuan
tentang ilmu agama. Pembagian disiplin ilmu-ilmu agama dan ilmu umum belum
dikenal pada masa turunnya al-Qur'an bahkan tidak diperkenalkan oleh Allah swt.
Al-Qur'an tidak membedakan ilmu. Ia tidak mengenal istilah ilmu agama dan ilmu
umum, kareana semua ilmu bersumber dari Allah swt. Yang diperkenalkannya adalah
ilmu yang diperoleh dengan usaha manusia (acquired knowledge) dan ilmu
yang merupakan anugerah Allah tanpa usaha manusia (ladunny/ perennial)
(Shihab, 2002: 707).
Sumber ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari
ayat-ayat qauliyah dan kauniyah. Manusia memperoleh ilmu
pengetahuan dari dua sumber utama; sumber Ilahi berupa wahyu, ilham maupun
mimpi yang benar dan sumber manusiawi; jenis ilmu pengetahuan dipelajari
manusia dari berbagai pengalaman pribadinya dalam kehidupan, upaya mengamati,
menelaah, dan memecahkan berbagai problem yang dihadapi melalui ”Trial and
Error” atau lewat pendidikan dan pengajaran dari kedua orangtuanya,
lembaga-lembaga pendidikan maupun penelitian ilmiah (LPPI-UMP, 2009: 96).
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa tidak semua
orang mukmin harus berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat di
lakukan oleh sebagian kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas
dalam masyarakat, sebagian berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi harus
menuntut ilmu dan mendalami agama Islam, supaya ajaran-ajaran agama itu dapat
diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih
efektif dan bermanfaat sehingga kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.
Perang bertujuan untuk mengalahkan musuh-musuh
Islam serta mengamankan jalan dakwah Islamiyah. Sedang menuntut ilmu dan
mendalami ilmu-ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan
agama Islam, agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh semua macam lapisan
masyarakat.Dengan demikian, ayat ini mempunyai hubungan yang erat dengan
ayat-ayat yang lalu, karena sama-sama menerangkan hukum berjihad, akan tetapi
dalam bidang dan cara yang berlainan (Depag, 2009: 233).
Tidak setiap orang Islam mendapat kesempatan untuk
menuntut dan mendalami ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu agama, karena
sibuk dengan tugas di medan perang, di ladang, di pabrik, di toko dan
sebagainya. Oleh sebab itu harus ada sebagian dari umat Islam yang menggunakan
waktu dan tenaganya untuk menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama, agar
kemudian setelah mereka selesai dan kembali ke masyarakat, mereka dapat
menyebarkan ilmu tersebut, serta menjalankan dakwah islamiyah dengan cara dan
metode yang baik sehingga mencapai hasil yang baik pula.
Apabila umat Islam telah memahami ajaran agamanya,
dan telah mengerti hukum halal dan haram, serta perintah dan larangan agama,
tentulah mereka akan lebih dapat menjaga diri dari kesesatan dan kemaksiatan,
dan dapat melaksanakan perintah agama dengan baik dan dapat menjauhi
larangan-Nya. Dengan demikian, umat Islam menjadi umat yang baik, sejahtera
dunia dan akhirat.
Tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama
itu karena ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan
kepada mereka tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka
ketahui, dengan harapan supaya mereka takut kepada Allah dan berhati-hati
terhadap akibat kemaksiatan, di samping agar seluruh kaum mukminin mengetahui
agama mereka, mampu menyebarkan dakwahnya dan membelanya, serta menerangkan rahasia-rahasianya
kepada seluruh umat manusia. Jadi, bukan bertujuan supaya memperoleh
kepemimpinan dan kedudukan yang tinggi serta mengungguli kebanyakan orang-orang
lain, atau bertujuan memperoleh harta dan meniru orang zalim dan para penindas
dalam berpakaian, berkendaraan maupun dalam persaingan di antara sesama mereka.
Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya
pendalaman agama dan bersedia mengajarkannya di tempat-tempat pemukiman serta
memahamkan orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan
mereka. Sehingga, mereka tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama secara umum
yang wajib diketahui oleh setiap mukmin.
Orang-orang yang mempelajari agama dengan tujuan
seperti itu lah orang yang beruntung. Mereka mendapat kedudukan yang tinggi di
sisi Allah, dan tidak kalah tingginya dari kalangan pejuang yang mengorbankan
harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Allah, membela agama dan ajaran-Nya.
Bahkan, mereka boleh jadi lebih utama dari pejuang pada situasi lain ketika
mempertahankan agama menjadi wajib 'ain bagi setiap orang (Maraghi,
1992: 87). Penulis menyimpulkan dari uraian di atas bahwa peran ulama itu lebih
mulia dari syuhada.
Ibnu Abbas ra. memberikan penakwilannya, bahwa ayat
ini penerapannya hanya khusus untuk sariyyah-sariyyah, yakni apabila pasukan
itu dalam bentuk Sariyyah, sedangkan ayat sebelumnya yang juga melarang
seseorang tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut berangkat ke medan perang
jika itu adalah Ghazwah (Jalalain, 2000: 819).
Pendapat lain mengatakan: semua golongan dari
penduduk Arab yang muslim wajib berangkat berperang, kemudian dari sekian
golongan itu harus ada orang-orang yang menyertai Rasulullah saw. guna memahami
agama lewat wahyu yang diturunkan kepadanya, kemudian mereka dapat
memperingatkan kaumnya apabila telah kembali, yaitu ihwal persoalan musuh.
Jadi, dalam pasukan itu ada dua kelompok: kelompok yang berjihad dan kelompok
memperdalam agama melalui Rasul.
Sehubungan dengan ayat ini, al-Aufi meriwayatkan
dari Ibnu Abbas, dia berkata: Dari setiap penduduk Arab ada sekelompok orang
menemui Rasulullah saw. mereka menanyakan kepada beliau berbagai persoalan
agama yang mereka kehendaki dan mendalaminya. Mereka berkata, "Wahai
Rasulullah, apa yang diperintahkan kepada kami bila kami kembali? Ibnu Abbas
berkata: maka Nabi menyuruh mereka menaati Allah, menaati Rasulullah,
menyampaikan berita kepada kaumnya ihwal kewajiban mendirikan shalat dan zakat.
Jika golongan ini telah sampai kepada kaumnya, mereka berkata:
"Barangsiapa masuk Islam, maka dia termasuk kelompok kami." Mereka
memberi peringatan kepada setiap delegasi agar memperingatkan kaumnya jika
mereka telah kembali ke kampung halamannya: memperingatkan nerakan dan
menggembirakan dengan surga (Ar-Rifa'I, 1999).
Ayat ini menggarisbawahi pentingnya memperdalam
ilmu dan menyebarluaskan informasi yang benar. Ia tidak kurang penting dari
upaya mempertahankan wilayah. Bahkan, pertahanan wilayah berkaitan erat dengan
kemampuan informasi serta kehandalan ilmu pengetahuan atau sumber daya manusia.
Sementara ulama menggarisbawahi persamaan redaksi anjuran/ perintah
menyangkut kedua hal tersebut. Jadi, yang dimaksud dengan orang yang
memperdalam pengetahuan demikian juga yang memberi peringatan adalah
mereka yang tinggal bersama Rasul saw dan tidak mendapat tugas sebagai anggota
pasukan, sedang mereka yang diberi peringatan adalah anggota pasukan yang
keluar melaksanakan tugas yang dibebankan Rasul saw. ini adalah pendapat
mayoritas ulama.
Ibnu Jarir at-Thabari berpendapat bahwa yang memperdalam
pengetahuan adalah aggota pasukan yang ditugaskan Nabi saw. dengan
perjuangan dan kemenangan menghadapi musuh, mereka memperoleh pengetahuan
tentang kebenaran Islam serta pembelaan Allah swt terhadap agama-Nya dan
memperingatkan orang yang tinggal di Madinah agar berhati-hati dalam bersikap
dan kelakuan mereka agar tidak terhindar dari bencana yang dialami orang-orang
yang membangkang perintah-Nya. Pendapat ini di dukung oleh Sayyid Qutb.
Pendapat ini agaknya dipaksakan, apalagi tidaklah
pada tempatnya menamai pengalaman mereka yang terlibat dalam dalam perang atau
kemenangan yang mereka raih sebagai upaya tafaqqahu fid din (memperdalam
ilmu agama) . ayat ini menggarisbawahi terlebih dahulu motivasi memperdalam
pengetahuan bagi mereka yang di anjurkan keluar, sedang motivasi utama mereka
yang berperang bukanlah tafaqquh . ayat ini tidak berkata bahwa hendaklah
jika mereka pulang mereka bertafaqquh, tetapi berkata " untuk
memberi peringatan kepada kaum mereka apabila mereka telah kembali kepada
mereka, supaya mereka berhati-hati. Peringatan itu hasil tafaqquh.
Itu tidak mereka peroleh pada saat terlibat dalam perang, karena yang terlibat
ketika itu pastilah sedemikian sibuk menyusun strategi dan menagkal serangan,
mempertahankan diri sehingga tidak mungkin dapat bertafaqquh memperdalam
pengetahuan. Memang harus diakui, bahwa yang bermaksud memperdalam
pengetahuan agama harus memahami arena, serta memperhatikan kenyataan yang ada,
tetapi itu tidak berarti tidak dapat dilakukan oleh mereka yang tidak terlibat
dalam perang. Bahkan tidak keliru jika dikatakan yang tidak terlibat dalam
perang itulah yang mampu menarik pelajaran, mengembangkan ilmu daripada mereka
yang terlibat langsung dalam perang (Shihab, 2002: 709).
Ali bin Abi Thalib berkata :”Sesungguhnya yang
disebut orang alim adalah orang yang beramal dengan ilmunya dan ilmunya sesuai
dengan amalnya.” Atsar tersebut menunjukkan bahwa harus ada integritas antara
ilmu dengan amal, karena sejatinya menurut ulama orang-orang yang memiliki ilmu
namun tidak mengamalkannya, mereka adalah orang yang bodoh.
c.
Hikmah yang dapat diambil:
·
Jihad dijalan allah tidak hanya berperang dimendan perang akan
tetapi juga dengan menuntut ilmu yang banyak atau memberikan ilmunya.
·
Dengan ilmu manusia dapat
menjaga diri dari mengaru yang buruk
5.
Al ankabut, ayat:19-20
öNs9urr& (#÷rtt
y#ø2
äÏö7ã
ª!$#
t,ù=yø9$#
¢OèO
ÿ¼çnßÏèã 4 ¨bÎ)
Ï9ºs n?tã «!$#
×Å¡o ÇÊÒÈ
ö@è% (#rçÅ
Îû ÇÚöF{$#
(#rãÝàR$$sù
y#ø2
r&yt/
t,ù=yÜø9$#
4 ¢OèO
ª!$#
à×Å´Yã nor'ô±¨Y9$# notÅzFy$#
4
¨bÎ) ©!$#
4n?tã
Èe@à2 &äóÓx«
ÖÏs% ÇËÉÈ
19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. Katakanlah:
"Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali
lagi[1147]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
[1147]
Maksudnya: Allah membangkitkan manusia sesudah mati kelak di akhirat
a. Asbabun
Nuzul.
Kedua ayat ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari nasihat Nabi Ibrahim
kepada kaumnya, setelah beliau melihat tanda-tanda penolakan mereka. Ayat ini
merupakan jawaban atas keraguan orang musyrik terhadap hari kebangkitan.
Dalam suatu riwayat
dikekemukakan bahwa rosulullah sawberdakwah pada orang-orang yahudi agar masuk
Islam,tetapi mereka menolaknya, berkata mu’adz bin jabbal dan sa’ad bin Ubadah
(Ansor) kepada mereka:wahai kaum yahudi !Takutlah kalian kepada Allah, demi
Allah, sesungguhnya kalian mengetahui bahwa belio utusan Allah, karena kalian
telah menerangkah kepada kami dahulu sebeluim belio diutus, sifat-sifat berada
padanya,berkatalah ofik bin huraimalah dan wahab bin lahuda:kami tidak pernah
berkata demikian kepada kalian, dan Allah tidak menurunkan kitab sesudah musa,
dan diada mengutus utusan selaku pemberi kabar
gembira dan peringatan sesudah musa”.Maka Allah menurunkan kitab
ini(S.5:19) sebagai teguran terhadap orang-orang yang mengingkari ayat-ayat
tersebut tentang rosul terahir.
b. Tafsir.
Allah
ta’ala memberitahukan tentang al kholil as. Bahwa sanya dia menegaskan hari
kiamat kepada kaumnya yang mengingkarinya penegasannya itu melalui hasil
penciptaan allah yang dapat mereka lihat pada diri mereka sendiri, setelah
sebelumnya mereka bukan apa-apa. Zat yang memuai penciptaan dari tiada adalah
berkuasa pula untuk mengembalikannya. Dan itu mudah baginya. Penegasan itu juga
dilakukan dengan mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi,
mahluq-mahlung yang ada pada keduanya , dan benda-benda yang ada diantara
keduanya yang menunjukan kepada adanya pembuat sebagai pencipta yang mutlaq
yang mengatakan kepada sesuatu” jadilah”, maka iapun menjadi. Allah ta’ala
berfirman, dan apakah mereka tidakmemperhaikan bagaimana allah pencipta pada
permulaan, kemudian dis mengulanginya. Sesungguhnya yang demikan itu adalah
mudah bagi allah.
c. Hikmah yang
dapat diambil:
·
Allah maha kuasa atas segala mahluknya, dengan mudah Dia
dapat merubah seseuai yang beliau kehendaki
·
Sesungguhnya pengetahui bahwa ada hidup setelah mati ( dibangkitkan kembali).
·
Seharusnya kita pun mengajarkan kebaikan kepada sesama,
karena semua hal akn diperhitungkan oleh Allah.